Esok, Kita Akan Bersyukur atas Masa-Masa Sulit di Hari Ini
Tentu ada masa-masa di saat kita berada dalam musibah, kesengsaraan, kepedihan, dan kesulitan. Menghadapi suatu masalah pelik yang kita sendiri tidak tahu, di manakah ujung kesudahannya. Hidup terasa gelap, kaki tidak tahu lagi ke mana harus melangkah, lalu kita pun mulai putus asa. Apalagi jika kita sudah mengusahakan semaksimal mungkin yang bisa kita usahakan sebagai seorang manusia biasa.
Asal engkau tahu, Allah tidak memerintahkan kita untuk menyelesaikan setiap masalah yang kita hadapi. Akan tetapi, Dia memerintahkan kita untuk bersabar, bertahan, dan ber-husnuzhan (berbaik sangka kepada Allah). Kita diperintahkan untuk bersabar dan bertahan, berbaik sangka kepada-Nya bahwa Allah akan menurunkan pertolongan-Nya, baik cepat ataupun dalam waktu yang lama. Allah selesaikan kesulitan dan masalah kita dengan cara-Nya, tanpa pernah kita sangka dan duga.
Dalam sebuah hadis qudsi, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
يَقُولُ اللَّهُ سُبْحَانَهُ: ابْنَ آدَمَ إِنْ صَبَرْتَ وَاحْتَسَبْتَ عِنْدَ الصَّدْمَةِ الْأُولَى، لَمْ أَرْضَ لَكَ ثَوَابًا دُونَ الْجَنَّةِ
“Allah Ta’ala berfirman, “Wahai anak Adam, jika engkau bersabar dan mengharap pahala (dari-Ku) saat pertama kali tertimpa musibah, maka Aku tidak meridai balasan bagimu selain surga.” (HR. Ibnu Majah no. 1597. Dinilai hasan oleh Al-Albani)
Kesabaran adalah salah satu bentuk pertolongan yang Allah turunkan di masa-masa sulit—menguatkan diri kita, laksana batu karang yang tetap tegak meski diterjang ombak besar di tengah lautan. Ingatlah firman Allah Ta’ala,
وَٱذْكُرُوٓا۟ إِذْ أَنتُمْ قَلِيلٌۭ مُّسْتَضْعَفُونَ فِى ٱلْأَرْضِ تَخَافُونَ أَن يَتَخَطَّفَكُمُ ٱلنَّاسُ فَـَٔاوَىٰكُمْ وَأَيَّدَكُم بِنَصْرِهِۦ وَرَزَقَكُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَـٰتِ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Dan ingatlah ketika kamu masih sedikit, lagi tertindas di muka bumi, kamu takut orang-orang akan menculikmu, lalu Dia melindungimu, menguatkanmu dengan pertolongan-Nya, dan memberi rezeki kepadamu dari yang baik-baik agar kamu bersyukur.” (QS. Al-Anfal: 26)
Di masa-masa sulit itu, perbanyaklah memohon ampunan (istigfar) kepada Allah. Karena tidaklah Allah menurunkan suatu musibah dan kesulitan, kecuali karena dosa dan kesalahan kita sendiri. Istigfar itu adalah di antara sebab Allah menghilangkan kesulitan dan bencana seorang hamba. Renungkanlah bagaimanakah perkataan Nabi Nuh ‘alaihis salam kepada kaumnya,
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا (10) يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا (11) وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا
“Maka aku katakan kepada mereka, ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuh: 10-12)
Allah juga berfirman,
وَأَنِ اسْتَغْفِرُواْ رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُواْ إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُم مَّتَاعاً حَسَناً إِلَى أَجَلٍ مُّسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ
“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertobat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus-menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya.” (QS. Huud: 3)
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ لَزِمَ الِاسْتِغْفَارَ، جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا، وَمِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا، وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
“Barangsiapa membiasakan diri beristigfar, niscaya Allah akan memberinya jalan keluar dari setiap kesempitan, kelapangan dari setiap kesedihan, dan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (HR. Abu Dawud no. 1518, Ibnu Majah no. 3819. Hadis ini dinilai dha’if oleh Al-Albani) [1]
Kita pun meningkatkan tawakal kepada-Nya, hanya bergantung dan meminta tolong kepada Allah. Inilah kondisi manusia yang beriman, semakin tinggi tingkat kesulitan, semakin besar dan berkualitas pula tawakal dia kepada Allah Ta’ala. Dan di saat tawakal seorang hamba hanya murni kepada Allah, maka di situlah Allah turunkan pertolongan-Nya. Dengan kata lain, musibah kita hari ini adalah cara Allah mendidik kita, bagaimanakah tawakal yang benar. Jika selama ini kita hanya belajar teori melalui buku-buku agama, maka inilah saatnya praktik di kehidupan nyata.
Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Jika kesempitan itu semakin terasa sulit dan semakin berat, maka seorang hamba akan menjadi putus asa dan demikianlah keadaan makhluk yang tidak bisa keluar dari kesulitan. Akhirnya, ia pun menggantungkan hatinya kepada Allah semata. Inilah hakikat tawakal kepada-Nya.
Tawakal inilah yang menjadi sebab terbesar keluar dari kesempitan yang ada. Karena Allah sendiri telah berjanji akan mencukupi orang yang bertawakal kepada-Nya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,
وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. Ath-Thalaq: 3)” (Jami’ul Ulum wal Hikam, hal. 238)
Lihatlah bagaimana Nabi Nuh ‘alaihis salam pernah merintih, meminta tolong kepada Allah, Rabbnya,
فَدَعَا رَبَّهُ أَنِّي مَغْلُوبٌ فَانتَصِرْ
“Nuh pun berdoa kepada Tuhannya, ‘Sungguh aku telah disakiti (dikalahkan), maka tolonglah aku!’” (QS. Al-Qamar: 10)
Doa yang ringkas, hanya tiga kata saja (dalam bahasa Arab), namun pengaruhnya sungguh dahsyat, seolah-olah mampu mengubah langit dan bumi.
Oleh karena itu, janganlah berputus asa, mintalah kepada Tuhanmu, dengan perihmu, dengan sakitmu, dengan lemahmu, dengan resahmu, dan tunggulah kegembiraan dengan datangnya pertolongan Allah, Rabb Yang Maha mulia. Allah mengetahui dirimu kala engkau tersenyum dalam bahagia, dan Dia pun mengetahui isi hatimu saat engkau gundah dan terluka.
Ingatlah, kesedihan yang membuatmu kembali dekat kepada Allah itu lebih baik daripada kesenangan yang membuatmu jauh dan lalai dari-Nya. Dengan musibah yang menimpamu, Allah hanya ingin engkau kembali mendekat kepada-Nya. Akan tetapi, yang terbaik adalah apabila kita senantiasa dekat kepada-Nya dalam setiap keadaan, baik di saat senang, saat susah, saat sedih, maupun saat bahagia.
Kita pun melantunkan doa sebagaimana yang Allah ajarkan dalam Al-Qur’an,
رَّبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
“Wahai Rabb kami, hanya kepada Engkaulah kami bertawakal, dan hanya kepada Engkaulah kami bertobat, dan hanya kepada Engkaulah kami kembali.” (QS. Al-Mumtahanah: 4)
Teruslah belajar. Tetaplah bersabar. Jangan putus asa. Kemuliaan butuh perjuangan. Jangan tertipu oleh gemerlapnya dunia.
Jika engkau ingin menyerah, lihat lagi ke belakang, sudah seberapa jauh engkau melangkah?
Terahir, akan ada waktunya nanti kita akan menoleh ke belakang dan mengatakan kepada diri kita sendiri, “Alhamdulillah, ternyata aku bisa melewati semua ini.”
Dan kita pun mulai menyaksikan hikmah-hikmah yang Allah tampakkan dari kesulitan yang dulu kita alami. Dan kita pun pada akhirnya bersyukur atas semua nikmat yang telah Allah anugerahkan kepada kita, di masa-masa sulit itu.
Renungkanlah untaian kalimat yang sangat indah ini,
لَوْ عَلِمَ الْعَبْدُ مَقَاصِدَ الْأَقْدَارِ
لَبَكَى مِنْ سُوءِ ظَنِّهِ بِاللَّهِ
“Andai seorang hamba itu tahu hikmah dari takdir-takdir (yang Allah tetapkan untuknya)
Niscaya ia akan menangis karena telah berburuk sangka kepada Rabb-nya.”
Dan jangan lupa kita senantiasa berdoa meminta perlindungan kepada Allah dari keadaan yang berat dan kepedihan, sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
كَانَ يَتَعَوَّذُ مِنْ سُوءِ الْقَضَاءِ، وَمِنْ دَرَكِ الشَّقَاءِ، وَمِنْ شَمَاتَةِ الْأَعْدَاءِ، وَمِنْ جَهْدِ الْبَلَاءِ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa meminta perlindungan (kepada Allah) buruknya takdir, dari kesengsaraan yang terus-menerus, dari kegembiraan musuh atas musibah, dan dari beratnya cobaan.” (HR. Bukhari no. 6347 dan Muslim no. 2707; lafal hadis ini milik Muslim)
Baca juga: Mengapa Aku Sulit Bersyukur?
***
Unayzah, KSA; Jumat, 7 Safar 1447/ 1 Agustus 2025
Penulis: M. Saifudin Hakim
Artikel Muslim.or.id
Catatan kaki:
[1] Meskipun dinilai dha’if karena kelemahan pada perawi, para ulama memperbolehkan mengamalkan hadis ini dalam konteks fadha’ilul a’mal (keutamaan amal) karena tidak bertentangan dengan syariat yang sahih, dan maknanya juga sejalan dengan ayat-ayat Al-Qur’an yang telah disebutkan di atas. Wallahu Ta’ala a’lam.
Artikel asli: https://muslim.or.id/108211-esok-kita-akan-bersyukur-atas-masa-masa-sulit-di-hari-ini.html